Konflik yang telah berlangsung lebih dari tujuh dekade antara
Palestina dan Israel semakin memanas, dengan pertempuran sengit yang meletus di berbagai area Gaza dan Tepi Barat. Kekerasan terbaru ini menimbulkan kekhawatiran internasional tentang memburuknya kondisi kemanusiaan dan kemungkinan terjadinya eskalasi yang lebih besar. Dalam beberapa minggu terakhir, ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, sementara jumlah korban jiwa terus meningkat.
Aksi Militer Israel dan Serangan Balasan Hamas
Kekerasan terbaru dimulai pada awal Mei 2025, ketika tentara militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Gaza, menargetkan infrastruktur Hamas yang dianggap sebagai kelompok teroris. Serangan ini merupakan reaksi terhadap maraknya serangan roket dari Gaza yang menuju ke wilayah Israel, menyebabkan beberapa kota di negara tersebut terguncang.
Berdasarkan informasi dari sumber medis di Gaza, setidaknya 300 orang tewas dan lebih dari 1. 000 lainnya terluka akibat serangan udara Israel. Di sisi lain, di Israel, serangan roket dari Gaza juga mengakibatkan korban jiwa, meski angkanya lebih sedikit. Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan tersebut bagian dari operasi untuk menghancurkan jaringan teroris Hamas yang terus melakukan serangan ke wilayahnya.
“Serangan ini adalah langkah yang wajib untuk melindungi warga Israel dari ancaman roket yang terus-menerus diluncurkan dari Gaza. Kami akan terus melaksanakan tindakan yang diperlukan,” kata Perdana Menteri Israel dalam pidatonya pada Minggu lalu.
Di pertigaan lain, Hamas, yang menguasai Gaza, membalas serangan tersebut dengan menembakkan ribuan roket ke wilayah Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Meskipun banyak dari roket ini berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome, dampak psikologis pada penduduk Israel sangat signifikan.
Kemanusiaan di Tengah Konflik
Perang ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga merusak kehidupan sehari-hari warga Palestina dan Israel. Di Gaza, selain banyaknya korban jiwa, sejumlah infrastruktur penting juga hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengabarkan bahwa fasilitas kesehatan di Gaza hampir lumpuh akibat serangan yang berlarut-larut.
“Situasi di Gaza sangat kritis. Banyak rumah sakit yang tidak mampu menangani jumlah pasien yang terus meningkat. Kami kekurangan obat-obatan dan perlengkapan medis,” kata seorang pejabat WHO yang bertugas di Gaza.
Sementara itu, warga Israel juga berada dalam ketegangan yang tinggi, dengan sirene serangan udara berbunyi hampir setiap hari, memaksa mereka untuk berlindung di ruang perlindungan. Sebagian besar kehidupan masyarakat terhenti, dengan banyak aktivitas yang dibatalkan dan ekonomi yang terkena dampak.
Upaya Diplomatik yang Gagal
Meskipun berbagai pihak, termasuk PBB dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, telah berupaya secara diplomatik untuk meredakan ketegangan ini, hingga saat ini belum ada solusi yang berhasil mengakhiri konflik. Proses perdamaian yang telah berlangsung lama tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan, sementara masyarakat internasional semakin frustrasi menyaksikan penderitaan yang berlangsung terus-menerus.
Masyarakat dunia terus mendesak agar kedua pihak segera menghentikan kekerasan dan mencari solusi melalui dialog. Namun, setiap kali upaya tersebut gagal, perang terus berlanjut, membawa lebih banyak korban dan kehancuran.
“Perang ini hanya akan berakhir dengan perdamaian yang adil bagi kedua belah pihak, tetapi sayangnya itu tampaknya semakin sulit tercapai,” kata seorang analis internasional yang fokus pada konflik Palestina-Israel.