Di Cianjur, sebuah insiden mengerikan menggemparkan
komunitas setempat. Seorang wanita yang dikenal dengan inisial S bersama dengan ayahnya, A, diamankan oleh pihak berwajib setelah terungkap terlibat dalam tindakan mutilasi yang melibatkan ibu kandung serta anak kandung mereka sendiri. Kasus ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga menimbulkan banyak pertanyaan mengenai latar belakang dan motif di balik tindakan kejam tersebut.
Peristiwa ini berlangsung pada tanggal 20 Mei 2025,
di sebuah rumah yang berada di lingkungan perkampungan di Cianjur. Keduanya, S dan A, melakukan kekerasan yang sangat kejam terhadap korbannya yang merupakan ibu kandung S serta anak kandung A. Korban beridentitas E (58 tahun) dan anak perempuannya yang berumur 25 tahun, M, menjadi target dari kekejaman yang luar biasa. Insiden ini segera menarik perhatian dari aparat kepolisian dan masyarakat setempat yang merasa ngeri melihat kejadian ini.
Proses Penyelidikan dan Penangkapan Pelaku
Menurut informasi dari kepolisian, awalnya pihak berwenang menerima laporan dari tetangga yang mencurigai adanya kejanggalan di kediaman korban. Setelah menyelidiki lebih dalam, ditemukan bahwa S dan A terlibat dalam pembunuhan yang diikuti dengan mutilasi pada tubuh korban. Kasus ini sangat mengejutkan karena pelaku merupakan anggota keluarga dekat korban, yaitu anak dan ayah kandungnya sendiri.
“Saya tidak bisa percaya ada hal seperti ini bisa terjadi dalam satu keluarga. Motif yang mereka miliki sangat sulit dipahami, tetapi kami terus melakukan penyelidikan untuk menjelaskan seluruh latar belakang kejadian,” tuturnya Kapolres Cianjur dalam jumpa pers yang diselenggarakan pasca penangkapan.
Pelaku S diketahui telah lama mengalami konflik dalam rumah tangga bersama ibunya, E. Diakui, hubungan mereka semakin memburuk selama beberapa bulan terakhir. Ketegangan ini akhirnya berujung pada tindakan kekerasan yang sangat brutal. S dan A, dengan niat buruk, merencanakan dan melaksanakan pembunuhan serta mutilasi terhadap E dan M.
Motif dan Dampak Psikologis
Terkait motif dari tindakan keji tersebut, polisi mencurigai adanya faktor emosional dan psikologis yang memengaruhi perilaku pelaku. S dan A diduga merasa frustrasi dan marah akibat masalah pribadi yang belum terselesaikan, termasuk konflik dalam keluarga yang telah berlangsung lama. Namun, motif yang benar-benar mendorong tindakan mutilasi ini masih dalam tahap penyelidikan pihak berwenang.
Kasus ini jelas menyisakan trauma yang mendalam bagi masyarakat setempat, serta memberikan gambaran betapa ketegangan di dalam keluarga dapat berubah menjadi tragedi yang mengerikan. Masyarakat juga menuntut agar pihak berwajib menyelidiki insiden ini secara tuntas dan memastikan keadilan bagi korban yang tidak bersalah.