Pada 20 Desember 1973, Spanyol mengalami peristiwa yang
mengguncang segenap dunia politik di negara itu. Luis Carrero Blanco, yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri dan merupakan tangan kanan rezim Francisco Franco, tewas dalam serangan bom yang dilancarkan oleh organisasi gerilyawan Basque, ETA (Euskadi Ta Askatasuna). Insiden ini tidak hanya mengubah peta politik Spanyol, tetapi juga menandai momen krusial dalam sejarah negara itu, terutama dalam perjalanan menuju demokrasi.
Luis Carrero Blanco: Figur Kontroversial
Luis Carrero Blanco lahir pada 4 Maret 1904 dan merupakan seorang perwira Angkatan Laut yang dekat dengan diktator Francisco Franco. Sejak awal karirnya, Carrero Blanco dikenal sangat setia kepada Franco, hingga banyak orang menyebut dirinya sebagai “bayangan Franco. ” Ia diangkat menjadi Perdana Menteri pada 1973 setelah kematian pendahulunya, Carlos Arias Navarro.
Selama masa jabatannya, Carrero Blanco dikenal dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung rezim Franco yang otoriter. Ia berupaya menguatkan posisi pemerintahannya dan mempertahankan stabilitas negara dengan menekan segala bentuk oposisi. Hal ini membuatnya sangat tidak disukai oleh kalangan oposisi, termasuk organisasi teroris seperti ETA, yang memperjuangkan kemerdekaan wilayah Basque dan mengakhiri kontrol pemerintah Madrid.
ETA dan Alasan Pembunuhan
Didirikan pada 1959, ETA adalah kelompok separatis yang berjuang untuk menciptakan negara Basque yang merdeka. Sejak awal 1970-an, ETA semakin agresif dalam aksinya, meluncurkan serangan terhadap tokoh-tokoh politik, militer, dan kepolisian Spanyol. Pembunuhan Luis Carrero Blanco merupakan salah satu aksi paling terkenal dan dramatis yang dilakukan oleh ETA.
Motif utama di balik pembunuhan ini adalah ketidakpuasan ETA terhadap kebijakan represif yang diterapkan oleh rezim Franco dan perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan Basque. Carrero Blanco dianggap sebagai figur sentral dalam kelanjutan pemerintahan otoriter Franco. Pembunuhan Carrero Blanco bertujuan untuk melemahkan kekuasaan rezim Franco dan menyampaikan pesan bahwa ETA tidak ragu untuk melawan pemerintah Spanyol dengan cara apapun, termasuk melalui kekerasan.
Tragedi Pembunuhan yang Mengguncang Dunia
Pada pagi hari 20 Desember 1973, Luis Carrero Blanco sedang dalam perjalanan menuju kantor Perdana Menteri di Madrid. Saat mobilnya melintasi Calle Claudio Coello, sebuah daerah yang sibuk di ibu kota Spanyol, terjadi ledakan besar. Sebuah bom yang ditanam di bawah jalan meledak tepat di bawah mobil Carrero Blanco, menyebabkan kendaraan tersebut terangkat dari tanah dan jatuh ke atap sebuah gereja yang berada di dekatnya.
Serangan tersebut mengakibatkan tewasnya Carrero Blanco bersama beberapa pengawalnya. Aksi ini mengguncang dunia, mengingat Carrero Blanco adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam pemerintahan Spanyol saat itu. Pembunuhan ini menjadi simbol perlawanan yang kuat terhadap rezim otoriter Franco.
Reaksi dan Dampak dari Pembunuhan
Kematian Luis Carrero Blanco mengejutkan banyak pihak, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pembunuhan ini menjadi salah satu puncak dari aksi teror ETA yang terus meningkat. Namun, meski berhasil menewaskan salah satu pemimpin terkuat di Spanyol, insiden ini tidak serta-merta mengubah kebijakan pemerintah Franco. Sebaliknya, kematian Carrero Blanco justru mempercepat proses transisi perubahan dalam pemerintahan Spanyol.
Beberapa bulan setelah terjadinya pembunuhan tersebut, Francisco Franco memilih Carlos Arias Navarro untuk menjabat sebagai Perdana Menteri. Namun, setelah Franco meninggal pada tahun 1975, Spanyol mulai beranjak menuju proses transisi menuju demokrasi, yang akhirnya menghasilkan disahkannya konstitusi baru pada tahun 1978. Peristiwa ini juga mempercepat penurunan kekuasaan militer dalam pemerintah dan membawa lebih banyak perubahan dalam bidang politik.